Bata ringan memang dinilai lebih empuk dan lebih mudah dipaku apabila dibandingkan dengan bata merah. Hal inilah yang kemudian menjadikan stigma di masyarakat bahwa bata merah lebih kuat dibandingkan dengan bata ringan karena lebih sulit dipaku. Padahal bata ringan mudah dipaku karena di dalamnya terdapat semen dan bahan lainnya, berbeda dengan bata merah dari tanah liat yang terdiri dari satu macam. Selain itu, mudah sulitnya dipaku ini juga berkaitan dengan lapisan plesteran yang digunakan dimana ketika memaku tembok maka paku akan menembus lapisan semen plaster. Semen ini dapat memberikan ketahanan pada dinding yang menjadikan dinding susah ditembus. Pada bata merah lapisan semen yang dijadikan pengikat membutuhkan lapisan yang tebal karena stuktur bata merah yang kurang rapi, berbeda dengan bata ringan yang presisinya sudah rapi.
Ketika memaku dinding dari bata merah maka paku harus menembus lapisan sekitar 4 cm sedangkan pada bata ringan yang hanya memerlukan lapisan plaster sedikit, paku dapat menembus hanya 4 mm pada bata ringan. Jadi, sudah terlihat bukan bahwa bata ringan masih cukup unggul dibandingkan bata merah? Secara tidak sadar mereka mengira bahwa lebih susah dipaku menjadikannya lebih kuat. Bata ringan “lebih empuk” berarti lebih buruk. Pendapat dan cara membandingkan seperti ini tidak benar. Mengapa begitu?
Dinding terluar sebuah bangunan terdiri dari lapisan semen, yang bersifat mengikat, melekat dan keras. Tahukah Anda ketebalan plaster semen dinding yang terbuat dari bata merah dan bata ringan? Plaster bata merah bisa mencapai 4 cm, plaster bata ringan hanya sekitar 4 mm atau hanya 10% dari bata merah. Bata merah membutuhkan semen setebal 4 cm karena permukaan per biji bata merah tidak rata. Antara satu bata merah dengan bata merah yang lain juga lebih tidak rata. Berbeda dengan bata ringan yang presisi, seragam dan rata, kebutuhan semen untuk bata ringan lebih sedikit.
Bagi Anda yang mulai bingung, Anda boleh bertanya apa hubungannya? Ketika Anda akan memaku sebuah tembok, lapisan pertama yang pertama kali ditembus paku tersebut adalah lapisan semen plaster. Semen juga yang memberikan ketahanan pada dinding dan menghasilkan sensasi lebih susah ditembus. Pada dinding bata merah, paku harus menembus lapisan semen setebal 4 cm, sedangkan pada bata ringan hanya 4 mm. Pukulan ujung paku beberapa kali saja sudah mampu menembus lapisan setebal 4 mm. Berarti dinding bata ringan lebih jelek ?
Nah, itulah beberapa penjelasan mengenai bata ringan yang dianggap lebih mudah hancur. Anggapan tersebut belum tentu benar ya karena memang sebenarnya bata ringan ini sudah desain sedemikian rupa agar memiliki kualitas yang baik sebagai bahan bangunan rumah walaupun stukturnya cukup ringan.